Rabu, 10 November 2010

GROUPTHINK

Merupakan proses ketika kelompok menghadapi keputusan yang penuh stres, mereka menjadi lebih memperhatikan adanya kesepatan daripada mengevaluasi fakta-fakta yang muncul dalam situasi yang dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena kelompok melakukan devensive avoidance, yaitu mencoba menghindari informasi yang mungkin menyebabkan kecemasan.

Janis (1982) menulis bahwa group tkinking terjadi karena pembuat keputusan itu adalah kelompok yang kohesif, ada kesalahan struktural dalam organisasi (pimpinan yang dominan), adanya situasi yang provokatif, dan terisolasi dari opini-opini lain yang berlawanan. Bila dijumpai perkondisian tersebut, muncul beberapa symptom. Kelompok mulai meras bahwa mereka kebal dan tidak mungkin salah ( mengalami illusion of invulnerability). Orang-orang tidak mengajukan pendapat yang berlawanan ( menyensor diri/ self- censorship ) Karena mereka takut melawan moral kelompok yang tinggi atau takut dikritik oleh anggota lainya. Symptom-symptom groupthink tersebut menyebabkan pengambilan keputusa yang cacat.

Gejala Groupthink dapat digambarkan dari 3 tipe: yaitu: 

1. over-estimasi terhadap kelompoknya,
2. kedekatan berpikir,
3. dan tekanan untuk menjadi sama (seragam). 

Kelompok dapat menghindari Groupthink dengan dua tahap: discouraging leader bias, dan menghindari isolasi kelompok. Kelompok jangan sampai dominan, dan memberikan kepada anggota untuk mengkritik. Untuk menghindari isolasi kelompok, rencana kebijakan kelompok dapat dibagi ke dalam sub grup dan dan sub grup ini bertemu untuk membahas tujuan kelompok secara terpisah, dengan pemimpin masing-masing sub group yang berbeda dengan pemimpin semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar