Minggu, 28 November 2010

Penetapan Tujuan Kelompok

Dua cara penentapan tujuan kelompok: 

1. Dalam pertemuan kelompok, pemimpin kelompok menyampaikan pandangannya tentang tujuan kelompok, kemudian setiap anggota menyampaikan tujuan pribadinya (alasan anggota bergabung ke dalam kelompok). Selanjutnya didiskusikan bersama kelompok, dan memutuskan tujuan kelompok. 

2. Pemimpin kelompok mewawancarai setiap anggota kelompok -untuk mengetahui tujuan pribadinyadan menyampaikan pandangannya tentang tujuan kelompok, sebelum pertemuan kelompokyang pertama.Hasil wawancara disampaikan dalam pertemuan kelompok dan didiskusikan untuk menetapkan tujuan kelompok

Tujuan Kelompok

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) tujuan kelompok adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan. Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota. Hubungan antara tujuan kelompok dengan tujuan anggota bisa : 
a) sepenuhnya bertentangan, 
b) sebagian bertentangan, 
c) netral,
d) searah dan 
e) identik. 
Dengan demikian bentuk hubungan a tidak menguntungkan dan bentuk d adalah yang paling baik. Tujuan kelompok dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan individual dan tujuan semua anggota kelompok.

Tujuan kelompok yang efektif harus mempunyai aspek-aspek sebagai berikut:

1. Dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur dan diamati
2. Mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik dapat diterima dan dapat dicapai
3. Anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan
4. Adanya keseimbangan tugas dan aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan kelompok
5. Bersifat menarik dan menantang serta mempunyai resiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya
6. Adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok
7. Berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok

Sumber : http://belajarpsikologi.com/tujuan-bimbingan-kelompok

Definisi TUJUAN

TUJUAN (a goal) merupakan hasil akhir yang ingin dicapai individu ataupun kelompok yang sedang bekerja, atau secara ideal, tujuan merupakan hasil yang diharapkan menurut nilai orang-orang. Tujuan kelompok disusun berdasarkan mayoritas individuyangbekerja untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan terdiri dari tujuan jangka pendek (short - range goals) yang merupakan batu loncatan untuk tujuan jangka panjang (long-range goals).

Tujuan merupakan pedoman dalam pencapaian program dan aktivitas serta memungkinkan untuk terukurnya efektivitas dan efisiensi kelompok. Komitmen anggota akan tergantung kepada ketertarikannya terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Tingkat resiko dalam pencapaian tujuan kelompok harus ditetapkan dan dipantau secara hati-hati; resiko kegagalan yang moderat lebih memotivasi.

Selasa, 23 November 2010

Aspek Motivasi

Menurut Walgito motivasi mengandung 3 (tiga aspek) yaitu :

1.Keadaan yang mendorong dan kesiapan bergerak dalm diri organism yang timbul karena kebutuhanjasmani,keadaan lingkungan, keadaan mental ( berfikir dan ingantan)
2. Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan tersebut.
3. Sasaran atau tujuan yang di kejar oleh perilaku tersebut

Sedangkan menurut Plotnik seseorang yang termotivasi menunjukan tiga cirri sebagai berikut :

1. Anda terdorong berbuat atau melaksanakan sesuatu kegiatan.
2. Anda langsung mengarahkan energy anda untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
3. Anda mempunyai intensitas perasaan-perasaan yang berbeda tentang pencapaian tujuan itu.


Sumber : Buku psikologi umum oleh A. M. Heru Basuki

Faktor -faktor yang mempngaruhi motivasi

Beberapa faktor yang dapat mempngaruhi motivasi kelompok (teamwork) dalam bekerja dapat dikategorikan sebagai berikut:

1.Tujuan
Visi, misi dan tujuan yang jelas akan membantu team dalam bekerja. Namun hal tersebut belum cukup jika visi., misi dan tujuan yang ditetapkan tidak sejalan dengan kebutuhan dan tujuan para anggota..
2.Tantangan
Manusia dikarunia mekanisme pertahanan diri yang di sebut "fight atau flight syndrome". Ketika dihadapkan pada suatu tantangan, secara naluri manusia akan melakukan suatu tindakan untuk menghadapi tantangan tersebut (fight) atau menghindar (flight). Dalam banyak kasus tantangan yang ada merupakan suatu rangsangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan kata lain tantangan tersebut justru merupakan motivator.
3.Keakraban
Team yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akraban satu sama lain, setia kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota team saling menyukai dan berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal menjadi sangat penting karena hal ini akan merupakan dasar terciptanya keterbukaan dan komunikasi langsung serta dukungan antara sesama anggota team.
4.Tanggungjawab
Secara umum, setiap orang akan terstimulasi ketika diberi suatu tanggungjawab. Tanggungjawab mengimplikasikan adanya suatu otoritas untuk membuat perubahan atau mengambil suatu keputusan. Team yang diberi tanggungjawab dan otoritas yang proporsional cenderung akan memiliki motivasi kerja yag tinggi.
5.Kesempatan untuk maju
Setiap orang akan melakukan banyak cara untuk dapat mengembangkan diri, mempelajari konsep dan ketrampilan baru, serta melangkah menuju kehidupan yang lebih baik. Jika dalam sebuah team setiap anggota merasa bahwa team tersebut dapat memberikan peluang bagi mereka untuk melakukan hal-hal tersebut di atas maka akan tercipta motivasi dan komitment yang tinggi. Hal ini penting mengingat bahwa perkembangan pribadi memberikan nilai tambah bagi individu dalam meningkatkan harga diri.
6.Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri bahwa leadership merupakan faktor yang berperan penting dalam mendapatkan komitment dari anggota team. Leader berperan dalam menciptakan kondisi yang kondusif bagi team untuk bekerja dengan tenang dan harmonis. Seorang leader yang baik juga dapat memahami 6 faktor yang dapat menimbulkan motivasi seperti yang disebutkan diatas.


sumber : http://www.gsn-soeki.com/wouw/?koleksi-artikel-utk-semua

Tujuan dan Motivasi Kelompok

Dalam terbentuknya sebuah kelompok atau organisasi pastinya terdapat tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok maupun organisasi tersebut guna mencapai kepuasaan dari setiap setiap anggota yang berada didalam kelompok tersebut. Dimana menurut Mills (1967), kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerja sama diantara kelompok sebagai sesuatu yang berarti, sedangkan menurut Freedman (1936) orang masuk kedalam sebuah kelompok antara lain dalam rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.

Selain tujuan sebuah kelompok juga mempunyai motivasi dimana menurut Cattel (1951) kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling berhubungan satu dengan yang lain untuk memenuhi kebutuhan tiap anggotanya, dan menurut Bass (1960) keompok adalah sekumpulan individu dimana keberadaanya sebagai kelompok menjadi reward.

sumber : Handout Psi Kelompok Klara Innata Arishanti, S.Psi.

MOTIVASI

APA ITU MOTIVASI ?

Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam konteks organisasi,motivasi dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar lebih mengarah pada tercapainya tujuan organisasi, dimana motivasi dari segi individual merupakan suatu kesediaan individu itu sendiri untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi (Stephen P. Robbins, 2001). Ada tiga elemen kunci dalam motivasi yaitu upaya, tujuan organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas. Bila seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan intensitas dan kualitas dari upaya tersebut serta difokuskan pada tujuan organisasi. Kebutuhan adalah kondisi internal yang menimbulkan dorongan, dimana kebutuhan yang tidak terpuaskan akan menimbulkan tegangan yang merangsang dorongan dari dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan perilaku pencarian untuk menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata terjadi pemenuhan kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan tegangan. 

Pada dasarnya,anggota yang termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya mengurangi ketegangan dengan mengeluarkan upaya. Proses motivasi yang menunjukkan kebutuhan yang tidak terpuaskan akan meningkatkan tegangan di dalam organisasi.


sumber : Dr.H. ADIE E. YUSUF, SPd.MA

Sabtu, 20 November 2010

Kohesivitas dan pengaruh sosial


Hasil penelitian psikologi sosial menyebutkan bahwa kelompok yang anggota-anggotanya memiliki kohesivitas tinggi akan memiliki komunikasi yang intensif antar individu-individunya, saling menghargai yang tinggi, interaksi yang kuat, saling memiliki rasa aman dan akan cenderung melakukan suatu kerja sama. Dari karakteristik tersebut dapat diprediksi bahwa kelompok akan memiliki peran yang sangat kuat disamping sebagai identitas baru dan juga sebagai kontrol sosial bagi tiap anggota individunya. Pada tahap-tahap tertentu peran kelompok akan sangat dominan terhadap anggotanya sehingga mampu mengkaburkan peran-peran individu di dalam kelompok.Setiap tindakan yang akan dilakukan oleh anggota kelompok akan mengacu pada norma kelompok yang dianutnya.

Salah satu bahasan psikologi sosial menyebutkan bahwa perilaku agresi kekerasan dalam skala kelompok berawal dari adanya proses Berpikir Kelompok (Group Think). Berpikir kelopmpok adalah suatu proses pengambilan keputusan yang terjadi dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa subyek pelaku kekerasan dalam skala kelompok seperti kelompok etnis, kelompok perguruan beladiri, suporter serta kelompok aparat keamanan adalah kelompok yang memiliki kohesivitas yang sangat tinggi.

sumber : Briptu Ritus Nur Armada, S.Psi

Pengaruh Kohesivitas


       Membicarakan mengenai kohesivitas kelompok, secara umum dapat kita simpulkan bahwa kohesivitas adalah suatu bentuk kerja sama yang tercipta dalam sebuah kelompok. Kerjasama yang baik adalah dimana adanya interaksi antar anggotanya yang baik pula dengan harapan menghasilkan atau mencapai tujuan  yang mereka harapkan, saya misalkan dengan orang yang ingin bergabung didalam sebuah koperasi. Individu yang bergabung dalam koperasi akan melakukan interaksi dengan anggota koperasi lain. Individu saling berinteraksi sehingga munculah kelompok . Kelompok yang solid dengan tujuan , norma, perilaku tertentu akan mendukung pencapaian tujuan koperasi. Sebaliknya kelompok yang tidak solid dengan adanya individu yang tidak mendukung tercapainya tujuan kelompok yang tercantum dalam aturan koperasi. Individu yang berperilaku tidak lagi sesuai dengan aturan koperasi akan dipecat menurut Buttutasik (dalam PIP,2005). Dengan demikian kelompok yang kohesiv tetap dapat mencapai tujuan kinerja yang baik (Nieva,Fleishman dan Rieck dalamRobbins,2003).
       Salah satu aspek terjadinya kohesivitas adalah lamanya interaksi antar anggota koperasi. Periode waktu kelompok di koperasi akan membawa tahap kohesivitas kelompok. Kohesitas yang produktif akan dipengaruhi oleh lamanya interaksi antar individu baik karena lamanya tapi juga intensitas interaksi antar individu.

Kohesivitas dan Produktivitas

Didalam terciptanya sebuah kelompok, pastilah ada tujuan yang ingin di capai oleh kelompok/organisasi itu sendiri. Dimana dalam mencapai tujuan tersebiu harus adanya kerjasama yang baik antar anggota kelompok/organisasi tersebut. Dalam hal ini kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Seluruh pekerjaan dalam organisasi itu, para anggotalah yang menentukan keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas anggota. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Anggota sebagai individu ketika memasuki organisasi akan membawa kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya.


Sumber : http://onlinebuku.com/2010/02/17/pemahaman-perilaku-kelompok-dan-kepuasan-hasil-kerja/

Kohesivitas dan Interaksi

     Dalam sebuah kelompok,kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok. Kohesivitas ditunjukkan dalam bentuk keramahtamahan antar anggota kelompok, mereka biasanya senang untuk bersama-sama. Masing-masing anggota merasa bebas untuk mengemukakan pendapat dan sarannya. Anggota kelompok biasanya juga antusias terhadap apa yang ia kerjakan dan mau mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompoknya. Merasa rela menerima tanggung jawab atas aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kewajibannya. Semua itu menunjukan adanya kesatuan, kereratan, dan saling menarik dari anggota kelompok.
     Kohesivitas kelompok mengacu pada sejauh mana anggota kelompok saling tertarik satu sama lain dan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Dalam kelompok yang kohesivitasnya tinggi, setiap anggota kelompok itu mempunyai komitmen yang tinggi untuk mempertahankan kelompok tersebut. Kelompok – kelompok yang berbeda dalam hal kohesivitasnya, dan banyak yang tidak pernah mencapai tingkat kelompok yang mempunyai daya tarik tertentu dan komitmen bersama yang merupakan ciri kohesivitas yang kuat. Kohesivitas yang lebih besar terutama berkembang dalam kelompok yang relatif kecil dan mempunyai organisasi yang lebih bersifat kerjasama daripada persaingan. Kesempatan saling berinteraksi antara para anggotanya secara lebih sering membantu berkembangnya kohesivitas kelompok tersebut. Kohesivitas yang lebih besar terdapat dalam kelompok yang mempunyai lebih banyak kemiripan sikap, pendapat, nilai dan perilaku diantara para anggotanya. Pada tahap awal perkembangan kelompok tingkat kemiringan tadi mengurangi kemungkinan terjadinya pertentangan yang mungkin memecah kelompok tadi menjadi fraksi – fraksi yang lebih kecil atau menghancurkannya sama sekali.


sumber : http://onlinebuku.com/2010/02/17/pemahaman-perilaku-kelompok-dan-kepuasan-hasil-kerja/

Faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat Kohesivitas

Adanya sejumlah faktor yang dapat menurunkan adanya kohesivitas, seperti adanya ketidaksamaan tentang tujuan, besarnya kelompok, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok dan dominasi.

1. Ketidaksamaan tentang tujuan.
Ketidaksamaan pandangan tentang tujuan dari para anggota kelompok dapat menimbulkan adanya konflik. Bila konflik yang terjadi tuidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kepaduan.

2. Besarnya anggota kelompok.
Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di antara anggota kelompok akan menurun. Dengan demikian dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan Kohesivitas

1. Kesamaan nilai dan tujuan.
Kohesivitas akan terjadi bila anggota kelompok memiliki sikap, nilai dan tujuan yang sama.
2. Keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan yang penting dapat meningkatkan kesatuan kelompok, kepuasan antar anggota kelompok dan membuat kelompok menjadi lebih menarik bagi anggotanya.
3. Status kelompok.
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik bagi para anggotanya.
4. Penyelesaian perbedaan.
Jika terjadi perbedaan tentang suatu masalah penting yang terjadi dalam kelompok, maka diperlukan penyelesaian yang dapat memuaskan semua anggota.
5. Kecocokan terhadap norma-norma.
Norma membantu dan mempermudah dalam meramalkan dan mengendalikan perilaku yang terjadi dalam kelompok.
6. Daya tarik pribadi.
Kohesivitas atau kepaduan akan meningkat jika terdapat adanya daya tarik dari para anggota yaitu adanya kepercayaan timbal balik dan saling memberikan dukungan. Daya tarik ini berfungsi untuk mengatasi hambatan dalam mencapai tujuan.
7. Persaingan antar kelompok.
Persaingan antar kelompok yang terjadi dapat menyebabkan anggota kelompok lebih erat dan bersatu dalam melakukan aktivitasnya.
8. Pengakuan dan penghargaan.
Jika suatu kelompok berprestasi dengan baik kemudian mendapat pengakuan dan penghargaan dari pimpinan, maka dapat meningkatkan kebanggaan dan kesetian dari anggota kelompok.
9. Pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok.
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya atau kurang kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
10. Persaingan intern antar anggota kelompok.
Persaingan intern anggota kelompok menyebabkan adanya konflik, permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota kelompok.
11. Dominasi.
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok atau karena sifat kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota kelompok maka kepaduan atau kohesivitas tidak akan berkembang. Prilaku seperti itu akan menimbulkan terjadinya klik-klikdalam kelompok yang dapat menurunkan tingkat kepaduan.

Selasa, 16 November 2010

Alat Ukur Kohesivitas Kelompok

Untuk mengukur kohesivitas pada suatu kelompok dapat di lihat dari 3 hal dibawah ini,yaitu :

1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertaikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary )

Kelompok yang memiliki kohesivitas yang tinggi,maka :

1. Tingkat kepuasanya semakin besar
2. Anggota merasa aman dan terlindungi
3. Komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
4. Makin mudah terjadi konformitas, dimana anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.


Sumber : Handout Psi Kelompok Klara Innata Arishanti

KOHESIVITAS KELOMPOK

Membicarakan mengenai kelompok dan isinya maka kita singgung terlebih dahulu apa itu kelompok, kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan saling bergantung dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama yang nantinya menyebabkan satu sama lain saling mempengaruhi. Dimana sebuah kelompok, seperti makhluk hidup yang lain, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dalam satu kelompok mungkin dimulai dari sekumpulan orang asing yang tidak saling mengenal, tetapi seiring waktu, secara tiba-tiba kelompok tersebut memberikan sebuah kohesifitas sehingga anggota-anggotanya menjadi sebuah kelompok sosial yang erat.

Pengertian kohesivitas menurut Collins dan Raven (1964)  adalah kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya untuk keluar kelompok. Namun terdapat penjelasan lain mengenai apa kohesivitas itu, adalah dimana Kohesivitas merupakan suatu kualitas kelompok yang meningkatkan anggota- anggotanya dan meningkatkan rasa sukar antar anggota . Dimana semakin kohesif suatu kelompok, semakin besar keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok, ambil bagian dalam aktivitas kelompok , dan mencoba menarik anggota-anggota baru yang sepaham dan sependirian. 

Jika fungsi kelomopok adalah untuk bekerja sama memecahkan masalah, misalnya tim marketing sebuah perusahaan yang situasinya lebih kompleks. Bersama-sama melakukan tugasnya dengan baik maka akan menyebabkan kelompok menjadi kohesif, tetapi ini terjadi hanya bila tugasnya memerlukan kerja sama anggota secara dekat, misalnya pada tim sepak bola. 

sumber : Handout Psi Sosial II "Proses-Proses Sosial/ MM. Nilam Widyarini
            Handout Psi Kelompok Klara Innata Arishanti

Sabtu, 13 November 2010

Cara Mencegah Groupthink

cara mengatasi Groupthink menurut janis adalah :

1. Pemimpin kelompok menangguhkan penilaian.
Tidak langsung mengambil keputusan kelompok sebagai jalan akhir pembuat keputusan tindakan.

2. Mendorong munculnya berbagai kritik atas program atau keputusan yang diusulkan. Dengan melihat fakta-fakta yang ada.

3. Mengundang ahli-ahli dari kelompok luar
Mempertimbangkannya dan mendiskusikannya dengan hasil yang telah diambil didalam kelompoknya.

4. Menugaskan satu atau dua orang anggota untuk menjadi devil’s advocate guna menentang pendapat mayoritas (sekalipun mereka sebenarnya setuju dengan pendapat itu), sehingga dapat meminimalisasi terjadinya Gropthink.

5. Kelompok harus membuat keputusan-keputusan secara bertahap, tidak sekaligus. Menghindari cepatnya lajur groupthink yang akan berkembang.

Sumber : http://afrilwibisono.wordpress.com/2009/04/02/analisa-groupthink/

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan Kelompok

1. Komposisi kelompokAda 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
  1. penerimaan tujuan umum; mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
  2. pembagian (divisibilitas) tugas kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
  3. komunikasi dan status struktur; biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
  4. ukuran kelompok; semakin besar kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
2. Kesamaan anggota kelompokKeputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain.

3. Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.

Kesalahan keputusan

Teori mengenai keputusan kelompok yang dikembangkan oleh Hirokawa, memberikan beberapa kontribusi pemikiran mengenai kesalahan keputusan yang menganggap sepele penyimpulan dari suatu proses pengambilan keputusan, yaitu:

1. Penafsiran yang tidak akurat terhadap suatu permasalahan yang dihadapi oleh kelompok.

2. Sumber gangguan dalam proses pengambilan keputusan, terletak pada ketidaktepatan menentukan sasaran dan objek yang dikaji.

3. Ketidaktepatan menentukan taraf kualitas penafsiran mengenai baik-buruk dan benar-salah.

4. Kelompok sengaja dibiarkan membangun ketidakakurasian dalam mengambil informasi dan sumbernya, kadangkala terjadi penampilan terhadap informasi yang bernilai valid dan sebaliknya. Sedangkan banyak informasi bahkan tidak tertata atau terseleksi dengan baik dan semakin membingungkan, namun informasi yang kurang berarti justru dengan mudah terungkapkan.

5. Kelompok boleh jadi melakukan kesalahan dengan alasan keliru dalam menyerap informasi dari sumbernya, namun hal ini dapat teratasi dengan pendekatan komunikatif dari para anggotanya.

Asumsi Groupthink

Hasil pengujian ilmiah yang dilakukan Janis, menunjukkan bahwa terdapat satu kondisi yang mengarah pada munculnya kepuasan kelompok yang tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan hasil keputusan kelompok yang baik (ineffective output). Asumsi penting dari groupthink, sebagaimana dikemukakan West dan Turner (2007) adalah:

1. Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi.

2. Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.

3. Kelompok dan pengambilan keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks

Dampak Negative Groupthink terhadap keputusan kelompok

Hasil akhir analisis Janis,menunjukkan beberapa dampak negatif dari pikiran kelompok dalam membuat keputusan, yaitu :

1. Diskusi amat terbatas pada beberapa alternatif keputusan saja.

2. Pemecahan masalah yang sejak semula sudah cenderung dipilih, tidak lagi dievaluasi atau dikaji ulang.

3. Alternatif pemecahan masalah yang sejak semula ditolak, tidak pernah dipertimbangkan kembali.

4. Tidak pernah mencari atau meminta pendapat para ahli dalam bidangnya.

5. Kalau ada nasehat atau pertimbangan lain, penerimaannya diseleksi karena ada bias pada pihak anggota.

6. Cenderung tidak melihat adanya kemungkinan-kemungkinan dari kelompok lain akan melakukan aksi penentangan, sehingga tidak siap melakukan antisipasinya.

7. Sasaran kebijakan tidak disurvei dengan lengkap dan sempurna.

Latar Belakang Teori GroupThink


Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis. Melalui karya ’Victims of Groupthink : A Psychological Study of Foreign Decisions and Fiascoes (1972)’, Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan suatu mode berpikir sekelompok orang yang sifatnya kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk mencapai kata mufakat (kebulatan suara) telah mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan secara realistis. Dari sinilah groupthink dapat didefinisikan sebagai satu situasi dalam proses pengambilan keputusan yang menunjukkan tumbuhnya kemerosotan efisiensi mental, pengujian realitas, dan penilaian moral yang disebabkan oleh tekanan-tekanan kelompok (Mulyana, 1999: ).
Sementara groupthink menurut Rakhmat (2005) adalah proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif, di mana anggota-anggota berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.
Dalam definisi tersebut, groupthink meninggalkan cara berpikir individual dan menekankan pada proses kelompok. Sehingga pengkajian atas fenomena kelompok lebih spesifik terletak pada proses pembuatan keputusan yang kurang baik, serta besar kemungkinannya akan menghasilkan keputusan yang buruk dengan akibat yang sangat merugikan kelompok (Sarwono, 1999). Selanjutnya diperjelas oleh Janis, bahwa kelompok yang sangat kompak (cohesiveness) dimungkinkan terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat baik dalam kelompk ini, sehingga mengorbankan proses keputusan yang baik dari proses tersebut.