Senin, 14 Februari 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

A. Pengantar 
Membahas mengenai psikologi lingkungan maka terlebih dulu kita membahas mengenai latar belakang sejarah dari psikologi lingkungan itu sendiri. Pada awalnya seorang tokoh yang bernama kurt lewin memperkenalkan sebuah teori yaitu teori medan ( field theory), dimana teori ini merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Lewin mengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari  pribadi dan lingkungan. Dimana diantaranya terjadi suatu interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebelum kita mengenal istilah psikologi lingkungan yang sudah baku sekarang ini, ternyata banyak istilah-istilah sebelumnya yang melatar belakangi yaitu ekologi psikologi, psikologi arsitektur, sampai akhirnya pada tahun 1968 diperkenalkan lah istilah environmental pshycology atau psiikologi lingkungan.
Definisi dari psikologi lingkungan pun beragam dari beberapa tokoh, salah satunya adalah Heimstra dan Mc  Farling yang menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah suatu disiplin yang memperhatikan dan mempelajari  hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik.selain itu Guilford juga menyatakan definisnya mengenai psikologi lingkungan bahwa psikologi lingkungan merupakan studi dari transaksi diantara individu dengan setting fisiknya,dalam transaksi tersebut individu mengubah lingkungan dan sebaliknya prilaku dan pengalaman individu diubah oleh lingkungan. Dari beberapa asumsi-asumsi yang ada mengenai psikologi lingkungan maka tokoh yang bernama Veitch dan Arkkelin mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.Namun secara singkat psikologi lingkungan dapat diartikan sebagai  ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.
Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia. Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang.
Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.
Mengenai ruang lingkup dari psikologi lingkungan, dapat kita lihat bahwa psikologi lingkungan memberi perhatian lebih terhadap manusia terutama mengenai perilaku manusia itu sendiri maupun pengalaman-pengalam yang ada di lingkungan fisik, lingkungan fisik disini tidak hanya berarti rangsangan-rangsangan fisik ( seperti cahaya,suhu,bentuk,warna,dan lain sebgainya) tetapi lebih dari itu merupakan suatu kompleksitas yang terdiri dari beberapa setingan seperti bagaimana seseorang beraktivitas,dan saling berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu ruang lingkup psikologi lingkungan lebih jauh membahas mengenai rancangan (design), organisasi, pemaknaan,ataupun hal yang lebih spesifik seperi ruang-ruang, bangunan-bangunan,rumah sakit,sekolah, serta seting-seting lain pada lingkup yang bervariasi.

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik, Wrighstman dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi,
1.      Ambient Condition
Yaitu kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound,cahaya/penerangan, warna, kualitas udara, temperature, dan kelembaban.
2.      Architectural features
Yang tercakup di dalam bentuk ini adalah seting-seting yang sifatnya permanen. Misalnya didalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding,lantai,atap,serta penganturan perabot dan dekorasi.

B. Contoh Kasus: 

Pengaruh Teknologi terhadap perilaku manusia

Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat telekomunikasi seperti internet dan telepon memeberi pengaruh besar kepada pribadi seseorang. Sehingga orang yang tinggal di lingkungan pesantren bukan tidak mungkin berpandangan liberal dan kebarat-baratan. Ternyata, pengaruh dunia maya sangat besar dalam membentuk pribadi seseorang.
Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran, baik akibat perubahan kondisional, seperti pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa, maupun interaksi yang intensif antara kebudayaan asli dengan kebudayaan mancanegera, khususnya melalui jaringan telekomunikasi yang sangat canggih seperti, televisi dan internet.
Perubahan penduduk yang pesat telah membawa dampak perubahan perilaku yang dahsyat. Semula, komunitas primordial dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan penduduk yang pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.
Pertambahan penduduk ini juga berdampak pula pada pola-pola migrasi. Urbanisasi makin deras sehingga menimbulkan penumpukan penduduk di kota-kota. Penumpukan warga kota yang semakin padat menyebabkan lapangan pekerjaan semamikin menyempit. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan akan menyebabkan perilaku yang beringas di perkotaan dan meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pencopetan, penodongan, dan tindak kekerasan lainnya.
Perubahan perilaku yang deras juga terjadi akibat interaksi antara sistem kebudayaan yang berbeda-beda. Ambilah contoh perilaku masyarakat desa yang sudah pindah ke kota besar. Mereka cenderung menjadi orang-orang yang hedonis, konsumtif dan kapitalis karena beranggapan bahwa sikap semacam itulah yang dinamakan sikap manusia modern.
Lingkungan kota sangat berbeda dengan lingkungan desa. Jika lingkungan kota adalah lingkungan pekerja yang dekat dengan teknologi canggih, seperti karyawan pabrik yang akrab dengan mesin-mesin pabrik dengan teknologi tinggi atau karyawan kantor yang akrab dengan media komputer, sementara masyarakat desa akrab dengan lingkungan alam karena kebanyakan mereka bekerja sebagai petani.
Maka jelaslah secara perilaku akan jauh berbeda, meskipun tidak menutup kemungkinan masyarakat desa pun sudah mengenal teknologi seperti internet sehingga pengaruh budaya luar dengan mudah masuk ke dalam isme mereka.
Sistem kebudayaan masyarakat kota itu sudah sangat terkontaminasi dengan pengaruh budaya asing sehingga perilaku masyarakat kota lebih individualis daripada masyarakat desa. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh interaksi, interelasi, dan interdepensi dari berbagai budaya yang membawa perubahan dari yang paling profan sampai yang paling sakral.
Interaksi ini terjadi pada hampir semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tidak bisa dianggap sebagai perubahan yang serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.

Value Confusion
Dari konflik inilah muncul apa yang disebut Value Confusion, ketika nilai-nilai yang berbeda bahkan bertentangan dianggap sama sahnya. Misalnya nilai rukun dan nilai kebebasan. Terkadang muncul pula suasana kosong nilai atau anomi, karena tak ada lagi nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Mencermati hal di atas maka perilaku masyarakat kota itu cenderung lebih bebas karena sudah tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada. Mungkin dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat kota itu lebih tidak bermoral daripada masyarat desa.

Daftar Pustaka 

Artikel yang berjudul “mengenal Psikologi Lingkungan”








1 komentar:

  1. How do make money on casino slots
    in their free spins promotions, which has always been pretty fair and beneficial to gamblers. For example, you can get a หารายได้เสริม bonus amount of £10 if you play

    BalasHapus