Pada sebelumnya kita membahas mengenai apa itu psikologi lingkungan, dimana Psikologi lingkungan yang kita ketahui secara singkat merupakan ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Tetapi definisi psikologi lingkungan ini tidak terlepas pada adanya teori-teori yang melatar belaknginya, sekarang saya akan membahas mengenai beberapa teori pendekatan terhadap psikologi lingkungan.
Membahas mengenai teori-teori pendekatan psikologi lingkungan, saya akan membahas sedikit mengenai latar belakangnya, dimana teori yang ditemukan oleh para ahli psikologi lingkungan, yang terlibat adalah teori-teori baik di dalam maupun di luar disiplin psikologi. Beberapa terori yang nantinya akan dibahas sangat beragam teori-teori tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahanya masing-masing. Beberapa teori mempunyai jangkauan yang cukup yang luas dan beberapa yang lain lebih terfokus, beberapa amat lemah dalam data empiris dan beberapa lainnya amat kuat. Dalam kaitanya antara lingkungan dengan perilaku manusia, maka kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini,yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviourisme, dan psikologi gestalt. Beberapa pendekatan teori psikologi lingkungan antara lain adalah :
1. Teori Arousal ( Arousal Theory)
Arousal artinya adalah pembangkit, dimana ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang di hasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosi. Arousal sendiri dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Menurut Mandler, manusia memiliki motovasi untuk mencapai apa yang di sebut sebagia “ dorongan- keinginan otonomik”. Fungsi nya adalah untuk menarik munculnya arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnyaDalam psikologi lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat di jelaskan sebgai berikut Dimana hubungan tersebut dinamakan dengan Yarkers dan Donson
Arousal artinya adalah pembangkit, dimana ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang di hasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosi. Arousal sendiri dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Menurut Mandler, manusia memiliki motovasi untuk mencapai apa yang di sebut sebagia “ dorongan- keinginan otonomik”. Fungsi nya adalah untuk menarik munculnya arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnyaDalam psikologi lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat di jelaskan sebgai berikut Dimana hubungan tersebut dinamakan dengan Yarkers dan Donson
- Tingakat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah
- Makin tinggi tingkat arousalnya akan menghsilkan kinerja yang tinggi pula
2. Teori beban stimulus ( stimulus load theory)
Dalam teori beban stimulus ini mempunyai titik sentral yaitu adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Dimana ketika input (masukan) melebihi kapasitas, maka orang cenderung akan mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak kepada hal yang lain. Teori ini lebih bertanggung jawab terhadap respon-respon stimulus lingkungan dalam kaitanya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan beriteraksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan.
3. Teori kendala perilaku ( behavioral constrain theory)
Pada teori ini lebih di fokuskan kepada kenyataan, atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan. Menurut teori ini, lingkungan dapat mencegah, mencampuri atau bahkan membatasi perilaku penghuni.
4. Teori tingkat adaptasi
Teori tingkat adaptasi mirip dengan teori stimulus berlebih, dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku. Stimulus yang berlebihan atau sama halnya yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku. Tak sedikit para ahli yang lebih menekankan terhadap interaksi manusia dengan lingkungan, maka teori adaptasi lebih banyak membicarakan hal yang lebih spesifik ,yaitu dua proses yang terkait dalam hubungan tersebut yaitu adaptasi dengan adjustment.
Adaptasi itu sendiri adalah mengubah tingkah laku atau respon-respon sesuai dengan lingkungannya, sementara adjustment adalah mengubah lingkungan agar menjadi sesuai lingkungannya.
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.
3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.
5. Teori Stress Lingkungan
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).
METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dalam pskologi lingkunga terdapat beberapa metode penelitian yang diantaranya adalah :
a. Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data. Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
b. Eksperiment Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
c. Eksperimen Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu.
d. Teknik-Teknik Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain :
- Self-report
- Kuisioner
- Wawancara atau Interview
- Skala Penilaian
Sumber :