Senin, 21 Februari 2011

Pendekatan Pada Psikologi Lingkungan


Pada sebelumnya kita membahas mengenai apa itu psikologi lingkungan, dimana Psikologi lingkungan yang kita ketahui secara singkat merupakan ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Tetapi definisi psikologi lingkungan ini tidak terlepas pada adanya teori-teori yang melatar belaknginya, sekarang saya akan membahas mengenai beberapa teori pendekatan terhadap psikologi lingkungan.
Membahas mengenai teori-teori pendekatan psikologi lingkungan, saya akan membahas sedikit mengenai latar belakangnya, dimana teori yang ditemukan oleh para ahli psikologi lingkungan, yang terlibat adalah teori-teori baik di dalam maupun di luar disiplin psikologi. Beberapa terori yang nantinya akan dibahas sangat beragam teori-teori tersebut mempunyai kekuatan dan kelemahanya masing-masing. Beberapa teori mempunyai jangkauan yang cukup yang luas dan beberapa yang lain lebih terfokus, beberapa amat lemah dalam data empiris dan beberapa lainnya amat kuat. Dalam kaitanya antara lingkungan dengan perilaku manusia, maka kita dapat menyebut sejumlah teori dimana dalam perspektif ini,yang terlibat di dalamnya antara lain adalah geografi, biologi ekologi, behaviourisme, dan psikologi gestalt. Beberapa pendekatan teori psikologi lingkungan antara lain adalah : 

1.     Teori Arousal ( Arousal Theory)
Arousal artinya adalah pembangkit, dimana ketika kita emosional, kita sering merasa bergairah. Beberapa teori berpendapat bahwa semua emosi adalah hanya tingkat dimana seseorang atau binatang di hasut. Meski tidak semua orang setuju dengan gagasan ini, tingkat keterbangkitan adalah bagian penting dari emosi. Arousal sendiri dipengaruhi oleh tingkat umum dari rangsangan yang mengelilingi kita. Menurut Mandler, manusia memiliki motovasi untuk mencapai apa yang di sebut sebagia “ dorongan- keinginan otonomik”. Fungsi nya adalah untuk menarik munculnya arousal sehingga kita dapat berubah-ubah dari aktivitas satu ke aktivitas lainnyaDalam psikologi lingkungan, hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang dapat di jelaskan sebgai berikut Dimana hubungan tersebut dinamakan dengan Yarkers dan Donson
-       Tingakat arousal yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah
-       Makin tinggi tingkat arousalnya akan menghsilkan kinerja yang tinggi pula

2.    Teori beban stimulus ( stimulus load theory) 
Dalam teori beban stimulus ini mempunyai titik sentral yaitu adanya dugaan bahwa manusia memiliki kapasitas yang terbatas dalam memproses informasi. Dimana ketika input (masukan) melebihi kapasitas, maka orang cenderung akan mengabaikan beberapa masukan dan mencurahkan perhatian lebih banyak kepada hal yang lain. Teori ini lebih bertanggung jawab terhadap respon-respon stimulus lingkungan dalam kaitanya dengan kapasitas individu dalam jangka pendek untuk memperhatikan dan beriteraksi dengan hal-hal yang menonjol dalam suatu lingkungan.

3.   Teori kendala perilaku ( behavioral constrain theory)
Pada teori ini lebih di fokuskan kepada kenyataan, atau perasaan, kesan yang terbatas dari individu oleh lingkungan. Menurut teori ini, lingkungan dapat  mencegah, mencampuri atau bahkan membatasi perilaku penghuni.

4.    Teori tingkat adaptasi 
Teori tingkat adaptasi mirip dengan teori stimulus berlebih, dimana pada tingkat tertentu suatu stimulus dapat dirumuskan untuk mengoptimalkan perilaku. Stimulus yang berlebihan atau sama halnya yang terlalu kecil dianggap dapat mempengaruhi hilangnya emosi dan tingkah laku. Tak sedikit para ahli yang lebih menekankan terhadap interaksi manusia dengan lingkungan, maka teori adaptasi lebih banyak membicarakan hal yang lebih spesifik ,yaitu dua proses yang terkait dalam hubungan tersebut yaitu adaptasi dengan adjustment.
Adaptasi itu sendiri adalah mengubah tingkah laku atau respon-respon sesuai dengan lingkungannya, sementara adjustment adalah mengubah lingkungan agar menjadi sesuai lingkungannya.
Menurut Wohwill (dalam Fisher, 1984) membagi 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan:
1. Intensitas, yang berhubungan dengan kesesakan atau justru kelenggangan yang dapat mempengaruhi psikologis individu.   
2. Keanekaragaman, berkaitan dengan banyaknya informasi yang masuk atau justru sedkitnya informasi yang masuk dan tak sebanding dengan kapasitas pemrosesan informasi. Jika berlebih maka dapat terjadi yang dinamakan overload dan jika terlalu sedikit maka dapat terjadi kemonotonan.
3. Keterpolaan, berkaitan dengan keteraturan suatu pola sehingga dapat atau tidak dapatnya diprediksi oleh individu. Semakin teratur suatu pola semakin mudah dikenali oleh individu, dan begitupun sebaliknya.

 5.    Teori Stress Lingkungan 
Teori in lebih menekankan pada peran fisiologi, kognisi maupun emosi dalam usaha manusia berinteraksi dengan lingkungannya. Stress dapat terjadi saat respon stress atau beban melebihi kapasitas tingkat optimal. Hal yang dapat membuat individu menjadi stress disebut dengan stressor. Namun individu memiliki hal yang disebut dengan coping. Jika sumber-sumber coping tersebut habis maka dapat terjadi exhausted atau yang biasa kita sebut dengan kelelahan (Selye dalam Veitch & Arkkelin, 1995).

METODE PENELITIAN PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Dalam pskologi lingkunga terdapat beberapa metode penelitian yang diantaranya adalah :

a.  Studi Korelasi
Seorang peneliti dapat menggunakan variasi dari metode korelasi, jika seorang peneliti berminat untuk memastikan tingkat validitas eksternal yang tinggi (Veitch & Arkkelin, 1995). Studi ini menyediakan informasi tentang hubungan-hubungan atau peristiwa yang terjadi di alam nyata tanpa dipengaruhi oleh pengumpulan data. Namun sesempurna apapun suatu studi juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari studi kasus adalah lemahnya validitas internal, berkebalikan dengan studi laboratorium yang memiliki tingkat validitas internal yang lebih tinggi, namun memliki validitas eksternal yang lebih rendah jika dibandingkan dengan studi korelasi.
b.  Eksperiment Laboratorium
Jika peneliti tertarik untuk memastikan tingkat validitas internal yang tinggi, maka studi inilah yang sangat tepat (Veitch & Arkkelin, 1995). Metode ini member kebebasan kepada peneliti untuk melakuakn manipulasi secara sistematik dengan tujuan mengurangi variable-variabel yang mengganggu. Metode ini mengambil subjeknya secara random, yang berarti semua subjek memiliki kesempatan yang sama dalam semua keadaan eksperimen. Namun kelemahan dari metode ini salah satunya adalah hasil yang diperoleh di laboratorium belum pasti dapat diterpkan di luar laboratorium.
c.   Eksperimen Lapangan
Metode ini adalah metode penengah antara Korekasi dengan Eksperiment Laboratorium. Asumsinya adalah jika peneliti ingin menyeimbangkan validitas internal yang didapat dalam eksperiment laboratorium dengan validitas eksternal yang didapat dari studi korelasi. Dalam metode ini peneliti tetap melakukan manipulasi sitematis, hanya bedanya peneliti juga harus member perhatian pada variable eksternal dalam suatu seting tertentu.
d.  Teknik-Teknik Pengukuran
Beberapa disajikan beberapa contoh tekhnik pengukuran dengan keunggulannya masing-masing, antara lain mudah dalam scoring, administrasi maupun dalam proses pembuatannya. Antara lain  :
-       Self-report
-       Kuisioner
-       Wawancara atau Interview
-       Skala Penilaian




Sumber :


Senin, 14 Februari 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

A. Pengantar 
Membahas mengenai psikologi lingkungan maka terlebih dulu kita membahas mengenai latar belakang sejarah dari psikologi lingkungan itu sendiri. Pada awalnya seorang tokoh yang bernama kurt lewin memperkenalkan sebuah teori yaitu teori medan ( field theory), dimana teori ini merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Lewin mengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari  pribadi dan lingkungan. Dimana diantaranya terjadi suatu interaksi yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Sebelum kita mengenal istilah psikologi lingkungan yang sudah baku sekarang ini, ternyata banyak istilah-istilah sebelumnya yang melatar belakangi yaitu ekologi psikologi, psikologi arsitektur, sampai akhirnya pada tahun 1968 diperkenalkan lah istilah environmental pshycology atau psiikologi lingkungan.
Definisi dari psikologi lingkungan pun beragam dari beberapa tokoh, salah satunya adalah Heimstra dan Mc  Farling yang menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah suatu disiplin yang memperhatikan dan mempelajari  hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik.selain itu Guilford juga menyatakan definisnya mengenai psikologi lingkungan bahwa psikologi lingkungan merupakan studi dari transaksi diantara individu dengan setting fisiknya,dalam transaksi tersebut individu mengubah lingkungan dan sebaliknya prilaku dan pengalaman individu diubah oleh lingkungan. Dari beberapa asumsi-asumsi yang ada mengenai psikologi lingkungan maka tokoh yang bernama Veitch dan Arkkelin mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan, yang memfokuskan interrelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.Namun secara singkat psikologi lingkungan dapat diartikan sebagai  ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.
Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia. Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang.
Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.
Mengenai ruang lingkup dari psikologi lingkungan, dapat kita lihat bahwa psikologi lingkungan memberi perhatian lebih terhadap manusia terutama mengenai perilaku manusia itu sendiri maupun pengalaman-pengalam yang ada di lingkungan fisik, lingkungan fisik disini tidak hanya berarti rangsangan-rangsangan fisik ( seperti cahaya,suhu,bentuk,warna,dan lain sebgainya) tetapi lebih dari itu merupakan suatu kompleksitas yang terdiri dari beberapa setingan seperti bagaimana seseorang beraktivitas,dan saling berinteraksi dengan lingkungannya.
Selain itu ruang lingkup psikologi lingkungan lebih jauh membahas mengenai rancangan (design), organisasi, pemaknaan,ataupun hal yang lebih spesifik seperi ruang-ruang, bangunan-bangunan,rumah sakit,sekolah, serta seting-seting lain pada lingkup yang bervariasi.

Dalam hubungannya dengan lingkungan fisik, Wrighstman dan Deaux (1981) membedakan dua bentuk kualitas lingkungan yang meliputi,
1.      Ambient Condition
Yaitu kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu seperti sound,cahaya/penerangan, warna, kualitas udara, temperature, dan kelembaban.
2.      Architectural features
Yang tercakup di dalam bentuk ini adalah seting-seting yang sifatnya permanen. Misalnya didalam suatu ruangan, yang termasuk didalamnya antara lain konfigurasi dinding,lantai,atap,serta penganturan perabot dan dekorasi.

B. Contoh Kasus: 

Pengaruh Teknologi terhadap perilaku manusia

Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat telekomunikasi seperti internet dan telepon memeberi pengaruh besar kepada pribadi seseorang. Sehingga orang yang tinggal di lingkungan pesantren bukan tidak mungkin berpandangan liberal dan kebarat-baratan. Ternyata, pengaruh dunia maya sangat besar dalam membentuk pribadi seseorang.
Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran, baik akibat perubahan kondisional, seperti pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa, maupun interaksi yang intensif antara kebudayaan asli dengan kebudayaan mancanegera, khususnya melalui jaringan telekomunikasi yang sangat canggih seperti, televisi dan internet.
Perubahan penduduk yang pesat telah membawa dampak perubahan perilaku yang dahsyat. Semula, komunitas primordial dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan penduduk yang pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.
Pertambahan penduduk ini juga berdampak pula pada pola-pola migrasi. Urbanisasi makin deras sehingga menimbulkan penumpukan penduduk di kota-kota. Penumpukan warga kota yang semakin padat menyebabkan lapangan pekerjaan semamikin menyempit. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan. Kemiskinan akan menyebabkan perilaku yang beringas di perkotaan dan meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pencopetan, penodongan, dan tindak kekerasan lainnya.
Perubahan perilaku yang deras juga terjadi akibat interaksi antara sistem kebudayaan yang berbeda-beda. Ambilah contoh perilaku masyarakat desa yang sudah pindah ke kota besar. Mereka cenderung menjadi orang-orang yang hedonis, konsumtif dan kapitalis karena beranggapan bahwa sikap semacam itulah yang dinamakan sikap manusia modern.
Lingkungan kota sangat berbeda dengan lingkungan desa. Jika lingkungan kota adalah lingkungan pekerja yang dekat dengan teknologi canggih, seperti karyawan pabrik yang akrab dengan mesin-mesin pabrik dengan teknologi tinggi atau karyawan kantor yang akrab dengan media komputer, sementara masyarakat desa akrab dengan lingkungan alam karena kebanyakan mereka bekerja sebagai petani.
Maka jelaslah secara perilaku akan jauh berbeda, meskipun tidak menutup kemungkinan masyarakat desa pun sudah mengenal teknologi seperti internet sehingga pengaruh budaya luar dengan mudah masuk ke dalam isme mereka.
Sistem kebudayaan masyarakat kota itu sudah sangat terkontaminasi dengan pengaruh budaya asing sehingga perilaku masyarakat kota lebih individualis daripada masyarakat desa. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh interaksi, interelasi, dan interdepensi dari berbagai budaya yang membawa perubahan dari yang paling profan sampai yang paling sakral.
Interaksi ini terjadi pada hampir semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tidak bisa dianggap sebagai perubahan yang serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.

Value Confusion
Dari konflik inilah muncul apa yang disebut Value Confusion, ketika nilai-nilai yang berbeda bahkan bertentangan dianggap sama sahnya. Misalnya nilai rukun dan nilai kebebasan. Terkadang muncul pula suasana kosong nilai atau anomi, karena tak ada lagi nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.
Mencermati hal di atas maka perilaku masyarakat kota itu cenderung lebih bebas karena sudah tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada. Mungkin dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat kota itu lebih tidak bermoral daripada masyarat desa.

Daftar Pustaka 

Artikel yang berjudul “mengenal Psikologi Lingkungan”